Security Operation Center (SOC) adalah lapisan pertahanan utama keamanan siber pada organisasi atau perusahaan. SOC ditugaskan untuk mengelola dan mengawasi keamanan jaringan dan sistem dari sebuah organisasi. SOC memberikan fitur-fitur berupa event monitoring, event management, dan solusi ancaman siber.
Prioritas dari SOC adalah sebagai berikut:
Tanpa adanya SOC, organisasi / perusahaan kekurangan transparansi terhadap ancaman-ancaman siber secara real-time. Hal tersebut menghalangi kemampuan organisasi/perusahaan untuk melindungi keamanan informasi dari risiko serangan siber.
Full outsource. Pekerjaan harian SOC dapat menjadi sangat berat bagi organisasi atau perusahaan kecil dan menengah, terutama karena biaya dan kompleksitasnya. Model implementasi Full Outsource memungkinkan organisasi untuk menyerahkan seluruh tugas dan tanggung jawab SOC kepada Managed Security Service Provider (MSSP), yaitu pihak yang menyediakan layanan keamanan profesional.
Full in-house. Model ini cocok apabila organisasi/perusahaan memiliki dana dan kapabilitas yang cukup untuk menangani kompleksitas dari security operation center. Perlu diperhatikan bahwa SOC yang efektif adalah SOC yang beroperasi secara penuh 24/7. Apabila kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi, ada baiknya untuk menggunakan model Hybrid.
Hybrid. Model full outsource memiliki kekurangan di mana organisasi/perusahaan tidak memiliki tim internal security sama sekali. Akibatnya, organisasi/perusahaan akan memiliki pengalaman yang minim untuk menangani insiden siber. Hybrid adalah model implementasi SOC dengan membagi tugas antara tim internal security dan MSSP. Model ini membuat perusahaan juga mendapatkan feedback yang cukup dari insiden serangan siber.
Security operation center sendiri memiliki tiga elemen utama yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Ketiga elemen tersebut adalah people (orang), process (proses), dan technology (teknologi).
People berkaitan dengan peran dan tanggung jawab orang terhadap keberlangsungan SOC. Peran dan tanggung jawab secara struktural pada SOC biasa dibagi menjadi 4, yaitu:
Tier 1: security analyst merupakan garda terdepan dari security operation center. Security analyst bertugas melakukan monitoring terhadap alert (notifikasi) security yang terdeteksi oleh sistem. Para analyst juga bertugas untuk memastikan keaslian dari alert tersebut. Apabila dibutuhkan, mereka akan mengoper insiden kepada Tier 2. Security analyst ini merupakan job role yang cocok untuk entry level cyber security.
Tier 2: incident responder merupakan orang-orang yang memiliki keahlian teknis dalam investigasi serangan siber. Incident responder menindaklanjuti tiket yang dihasilkan oleh tier 1 dan melakukan forensik digital untuk menentukan aset mana saja yang terdampak oleh serangan siber. Kemudian, incident responder juga melakukan remidiasi terhadap dampak teknis serangan siber.
Tier 3: threat hunter merupakan tim yang sangat kompeten dalam melakukan malware reverse engineering dan threat intelligence. Selain itu, mereka juga secara proaktif melakukan langkah pencegahan, contohnya membuat metode deteksi malware dan phishing, serta melakukan investigasi ke dalam dark web untuk mencari potensi ancaman yang dapat terjadi pada organisasi/perusahaan.
SOC manager bertanggung jawab terhadap keberlanjutan dan ketersediaan resource bagi security operation center. SOC manager juga berperan menjadi contact person organisasi atau pelanggan (jika menggunakan model outsource.)
Security operation center juga melibatkan proses yang terdokumentasi dengan baik untuk merespons ancaman yang datang. Untuk mencapai process yang efektif, SOC dapat memanfaatkan framework dan security requirement, seperti ISO, NIST, PCI, HIPAA, dan sebagainya.
Berikut ini adalah empat proses kritikal pada SOC.
Kunci teknologi pada SOC modern meliputi intrusion detection/prevention, Security Information and Event Management Systems (SIEM), Data Loss Prevention (DLP) software, serta threat intelligence and vulnerability management platforms.
Dalam implementasinya, teknologi pada SOC dapat di-automasi untuk mendapatkan kinerja yang makin efisien. Security Orchestration Automation and Response (SOAR) merupakan teknologi untuk melakukan integrasi antara detection, threat intelligence, dan response dengan cara berikut ini.
Kedepannya, teknologi pada SOC akan terintegrasi dengan artificial intelligence dan machine learning untuk melindungi aset kritikal. Namun teknologi seharusnya tidak digunakan sebagai pengganti tim security engineer, melainkan dimanfaatkan sebagai enabler supaya orang-orang pada SOC dapat bekerja semakin efektif dan efisien.